Tuesday, April 28, 2015

Kala Cinta Itu Bersemi

Jari-jemariku berhenti menari. Tanganku mulai keluh menuliskan aksara-aksara menjadi sebuah kisah. Ketika cinta itu kembali bersemi, peraduan sepi menghilang bagai jejak di hempaskan sang angin. Gelegar petir merontokkan segala rasa duka, menempel hingga sanubari. Keluh dan peluh terobati. Berganti cerah cahaya pelangi.

Bunga-bunga taman merekah, menyambut kedatangan suatu  rasa agung dari sang Maha Agung. Mawar, Melati, Anggrek, Edelweiss. Semuanya berbahagia. Memancarkan satu aroma. Merasuk, menenangkan galau sukma laksana letusan gunung tiada henti.

Angin malam. Mohon sampaikan pesanku kepada seseorang nan jauh disana. Kepada seseorng yang mengikat segala rasaku dengan senyuman penuh kelembutan. Kepada seseorang yang memilih jalan Tuhan daripada jalan Syaithan. Kepada seseorang yang mampu mengalahkan keegoan. Kepada dia, aku ingin bertandang dan meyapa.

Sehari aku menatap matanya bagai oase di penghujung padang pasir gersang. Gemuruh ombak sekan menjadi nyanyian, menyapa halus di kedua telingaku. Ketika dia menyuguhkan sebuah senyuman, hatiku bagai dialiri oleh sungai jernih tanpa satupun kekeruhan. Menaungi makhluk kecil di dalamnya.

Namun apalah daya. Aku hanya seonggok sampah tercecer di pinggir jalan. Tak perlu berharap untuk selalu bisa berdiri tegak sendiri. Terombang-ambing kesana kemari mengikuti arah angin kemana dia akan pergi. Begitulah. Mengharap belas kasih dari para pemulung yang tak enggan memungutku.

Hanya dapat berdo'a kepada Tuhan...

Tuhan... Ajari aku untuk mengartikan setiap laku, ucapan, dan suara hati yang berbisik kepadaku. Menjadikannya sebuah anugerah penggugah cermin-cermin retak. Pasrahku kepada-Mu, Tuhan. Kepada Engkau pemilik Cinta Hakiki.


Reynando. A. Z
Sidoarjo, 27 Oktober 2011

Tags

0 comments: