Wednesday, April 29, 2015

Akhir Perjalanan

Melangkah dan terus melangkah. Melangkah tanpa memperdulian kerikil-kerikil di jalan. Melangkah maju menembus ruang dan waktu. Melangkah demi sesuatu tujuan tertentu. Melangkah seperti detakan jantung tiada henti. Melangkah seperti hembusan nafas. Melangkah tanpa melihat ke samping kanan maupun kiri. Melangkah tanpa menghiraukan apa-apa yang akan terjadi.

Kemudian terdiam. Terdiam untuk sesaat. Terdiam karena adanya ganjalan. Terdiam dalam hening atau keramaian. Terdiam seribu bahasa. Terdiam tak berkutik. Terdiam karena resah menumpuk. Terdiam seperti batu di jalan. Terdiam menjelma menjadi hening malam. Terdiam bagai langit tanpa bintang dan bulan. Terdiam tanpa cerah cahaya. Terdiam kemudian meneteskan air mata.

Aku hilang arah. Aku tak bisa melangkah. Kebingungan menghantuiku. Rasa takut semakin merajai namun aku tak pernah tahu apa yang aku takutkan. Aku tak mampu bersanding di dahan pohon atau bangunan beton sekalipun. Serasa kaki ini mati. Mata buram. Telinga berdengung. Raga melemah. Jiwa tak tahu harus kemana.

Ya Allah...
Aku ingin kembali kepada-Mu
Ya Rasul...
Aku ingin mengikuti jejakmu



Reynando. A. Z
Sidoarjo, 29 Oktober 2011

Tags

0 comments: